Hal-Hal Kecil
Apa yang kalian pikirkan sebelum menulis? Apa saja tema yang hendak ditulis? Apa ide yang ada di pikiran saat ingin menulis? Sederet pertanyaan ini perlu dijawab. Beberapa teman yang pernah saya tanya tentang hal itu mengaku ingin menulis yang bagus, berharap bisa menulis yang mencerahkan, bisa menulis hal-hal besar, bisa menulis sesuatu yang berat agar terlihat nyata intelektualitasnya sebagai penulis. Keinginan seperti itu sah-sah saja. Boleh-boleh saja. Tak ada yang melarang. Tapi, kita harus mengukur diri dan interospeksi: “siapa kita saat ini?” Bukan bermaksud membuat pesimis kawan-kawan yang hendak menulis. Tidak. Tapi kita perlu berpikir bahwa orang yang mahir menulis hal-hal besar, besar kemungkinan pernah menulis hal-hal kecil, atau memang terbiasa menulis hal-hal kecil. Sebabnya, keterampilan manusia biasanya berjenjang: dari yang ringan terlebih dahulu, yang sedikit berat, dan berat, plus sangat berat. Hal ini wajar, karena memang manusia terbiasa melakukannya dengan cara “berurutan”, dari mudah ke sulit. Bukan sebaliknya. Bagi para pemula yang hendak menulis, jangan terlalu lama berpikir soal ide dan tema apa yang hendak ditulis. Lakukanlah sebuah coretan kecil di kertas. Atau langsung tulis saja di papan ketik sesuatu yang menurut kita perlu ditulis. Hal yang ringan saja. Hal yang kecil yang bisa kita kuasai. Misalnya, kita bisa menulis tentang disiplin sehari-hari (pekerjaan, kegiatan pengajian, sekolah, kuliah dan sejenisnya) misalnya tentang memanfaatkan waktu; bisa pula menuliskan mengenai suasana rumah yang sering dilihat setiap hari; boleh juga menulis perilaku penghuni rumah kos yang sangat kita kenal atau keluarga sendiri yang setiap hari bertemu dan bercengkrama (tuliskan karakter mereka, cara bicara mereka, cara mereka berpendapat, dll). Bisa juga membahas tentang perlunya menjalin silaturahmi.
Hal kecil lain dalam pekerjaan juga banyak : cara menjaga hubungan, menikmati pekerjaan dsb. Ketika kita bepergian, pasti ada hal yang menarik dan unik, tulislah semampu kita. Misalnya, tentang kemacetan, tentang kereta rel listrik jabodetabek yang sesak padat saat jam pergi dan jam pulang kerja. Semua hal-hal kecil bisa kita tuliskan. Toh, yang terpenting adalah memulai menulis. Bukankah setelah kita sering menulis hal-hal kecil pasti ada pelajaran di setiap apa yang kita telah tulis? Rasa-rasanya kita memang perlu belajar memaknai sebuah proses. Itulah perlunya berlatih. Bila hal-hal kecil telah dikuasai, maka hal-hal besar adalah tantangan tersendiri yang perlu dicoba dijajal. Orang yang terbiasa mengendarai sepeda, dia akan tertantang mengendarai sepeda motor. Belajar naik sepeda pun, ada seninya: Pelan, perlahan, nikmati, hati-hati, dan percaya diri. Pun, tidak bisa memaksakan keinginan untuk langsung ngebut, karena bisa jadi benjut gara-gara jatuh dari sepeda karena kehilangan keseimbangan. Mengendarai sepeda motor juga bertahap. Valentino Rossi, juara dunia 7 kali, pasti di awal-awal belajar mengendarai si kuda besi itu tak langsung di kelas MotoGP, tapi di kelas 125 cc, naik ke 250 CC, lalu ke 500 cc. Bertahap dan setiap tahapnya banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik. Menulis adalah keterampilan unik. Makin sering menulis, maka makin lihai menulis. Banyak hal kecil yang perlu ditulis, dan biasanya hal itu sangat dekat dengan kehidupan kita dan insya Allah mudah kita kuasai. Cobalah berpikir sejenak. Bukan hanya bagi pemula, tapi bagi penulis senior pun tetap perlu merenungkan hal-hal kecil yang bisa menjadi tema tulisan. Penulis buku-buku jenis Chicken Soup, Jack Canfield, kerap menuliskan hal-hal sederhana yang jarang ditulis oleh penulis lain. Tapi tetap karyanya banyak diminati. Karya yang inspiratif. Mudah dipahami, sederhana, lugas dan langsung kena sasaran. Jadi, siapa bilang menulis hal-hal kecil, kekuatannya menjadi remeh. Tidak selalu, tuh. Jadi, mulailah belajar menulis dengan menuliskan hal-hal kecil yang sangat dekat dengan kehidupan kita dan sangat kita kuasai. Setelah sering menulis hal-hal kecil, bukan tak mungkin kita bisa menulis hal-hal besar yang sangat kita kuasai karena belajar banyak dari hal-hal kecil yang telah kita tulis. Sehingga tulisan kita terasa ringan mengalir dan memudahkan pembaca memahami apa yang kita maksud, meskipun tema yang kita angkat terbilang berat. Sebab, tujuan menulis bukanlah agar kita disebut pandai oleh pembaca, tetapi untuk mendidik pembaca agar mereka pandai.
Nama : Nindiyah Puspitasari
Kelas : 3KA12
NPM : 11108424
Link :
http://gunadarma.ac.id
http://repository.gunadarma.ac.id
http://library.gunadarma.ac.id
http://community.gunadarma.ac.id
http://pasca.gunadarma.ac.id
Senin, 25 Oktober 2010
Perihal Yang Baik
Perihal Yang Baik
Free writing fiksi atau menulis bebas fiksi mensyaratkan pembebasan kreativitas dengan menggali ke dalam diri kita sendiri (pengalaman, ide, nostalgia dll) hingga menghasilkan mission statement. Intinya, dengan menjadi diri kita sendiri maka pintu kreativitas akan terbuka lebar sehingga terbentuk energi alamiah kepenulisan yang mengantarkan kita pada ciri-ciri tulisan yang baik. Hukum besi semesta berkata bahwa sesuatu yang lahir dari hati akan sampai ke hati dan sebuah ketulusan akan melumerkan kekerasan hati. Menetapkan Niat : Mengapa Kita Menulis? “Lebih banyak pelaku bisnis yang gagal daripada seniman yang gagal.” Segala sesuatu diawali dengan niat. Apapun perbuatan kita tentu ada niat atau motivasi yang melandasi. Termasuk ketika kita menulis. Inilah software dalam diri kita yang harus ditata terlebih dahulu sebelum berkutat dengan segala detil teknis penulisan seperti ide, plot atau ending. Untuk apakah kita menulis? Uang? Ideologi? Terapi penyembuhan diri (trauma healing)? Dalam konteks trauma healing, kita dapat merujuk pada Paulo Coelho yang dalam novel The Al Chemist menyarankan agar kita menuliskan segala kesedihan atau perasaan yang mengganggu dalam selembar kertas dan melarungkannya ke sungai. Niscaya kesedihan atau kekuatiran akan sirna. Habiburrahman Syaerozy, contohnya. Dengan sebuah niatan memperbaiki akhlak bangsa melalui tulisan, aktivis Forum Lingkar Pena (FLP) cabang Kairo ini tergugah untuk menghasilkan karya sastra yang menghibur dan mencerahkan. Alhasil, meluncurlah dari guratan tangannya Ayat-Ayat Cinta novel yang laris secara fenomenal dan diangkat ke layar lebar maupun Di Atas Sajadah Cinta, yang kemudian diangkat menjadi sebuah sinetron rating atas di sebuah TV swasta. Termasuk beberapa buku bernada serupa. Yang paling anyar adalah dwilogi Ketika Cinta Bertasbih yang diluncurkan pada Milad ke-10 FLP pada 2006 dan langsung dua kali cetak ulang dalam 1 bulan! Lalu, salahkah jika kita ingin menulis semata-mata karena uang? Kawan-kawan penulis yang banyak saya ketahui yang bermotivasi menulis semata-mata karena materi pun umumnya banyak yang mutung, tidak lagi menulis setelah berbagai penolakan. Jika tidak, mereka meracau merutuki nasib atau bahkan menyalahkan orang lain terutama penerbit dan redaksi media. Mereka sibuk menuding kesana-kemari kecuali kepada dirinya sendiri. Mereka lupa bahwa seperti wejangan Eka Budianta, sang penyair seangkatan Rendra menulis adalah memberi. Dalam logika bisnis yang terkadang turut mengikat aktivitas menulis, menjual termasuk ‘menjual’ tulisan adalah melayani dan memberi. Keikhlasan melayani atau memberi terhadap kebutuhan konsumen justru akan menimbulkan market demand dalam bentuk repeat order (order yang berulang). Kelimpahan materi adalah efek sampingnya. Inilah sisi lain yang kerap diabaikan para penulis yang bermotivasi menulis semata-mata karena materi.
Jadi, menulislah tanpa beban, ujar Kuntowijoyo salah satu sastrawan favorit saya dan hanya ada tiga cara untuk menjadi penulis, yaitu dengan menulis, menulis dan menulis. Menulislah seikhlas meludah atau buang hajat. Seorang Habiburrahman Syaerozy juga tak menyangka jika Ayat-Ayat Cinta yang royaltinya untuk infaq pesantren akan laris manis hingga dicetak ulang berkali-kali dalam waktu singkat. JK Rowling yang hanya seorang guru miskin di Inggris pun tak pernah bermimpi jika Harry Potter akan mendunia padahal semula ia hanya menuliskan khayalan masa kecilnya. Dalam bahasa (alm) KH Abdullah Syafi’ie, seorang ulama kharismatik Betawi era 70an, ”Nanem padi rumput ikut, nanem rumput padi luput.” Tujuan yang lebih dari “sekadar” materi akan menuntun kita pada tujuan sampingan seperti materi dan popularitas. Kutipan perkataan John Gardner di atas pun sebenarnya tak terhenti di situ saja. Ada kalimat pamungkas yang menjadi kuncinya, yakni, “Walaupun demikian, dalam sekolah bisnis, optimismelah yang selalu berjaya.” Ya, optimismelah selain motivasi yang juga membedakan ketangguhan seseorang, termasuk seorang penulis. Bukankah gagal itu biasa dan bangkit dari kegagalan itu baru luar biasa? “Uang hanyalah sebuah ide.” Jika uang hanyalah sebuah ide maka memperbanyak ide sebanyak-banyaknya sama saja dengan mengembangbiakkan uang yang akan didapat. Dalam konteks industri kepenulisan yang aroma bisnisnya tak beda jauh dari industri real estate yang ditekuni Kiyosaki yang juga penulis buku Rich Dad Poor Dad ide harus ditangkap bahkan harus diternakkan. Ibarat hewan ternak, ia harus dirawat, dikembangbiakkan dan tak ayal dijual. Lihat saja fenomena novel Ayat-Ayat Cinta-nya Habiburrahman El-Shirazy atau Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang menuai royalti milyaran rupiah dan menjejak dunia layar lebar. Inilah contoh nyata betapa ide bagi seorang penulis tak ubahnya hewan ternak yang merupakan aset tak ternilai. Jika ide adalah hewan liar maka ia harus ditangkap, dijinakkan, didomestikasi. Seperti halnya orang-orang dulu mendomestikasi kuda atau unta untuk menjadi tunggangan yang bermanfaat untuk keperluan manusia. Sarana penangkapnya bisa dengan banyak cara. Hemmingway menangkap ide dengan jalan mengetik apa saja di mesin ketiknya jika mengalami kemampatan ide. Gola Gong melakukan perjalanan keliling dunia untuk menjaring ide Balada Si Roy dan Perjalanan di Asia. A.A Navis memilih nongkrong di toilet berjam-jam hingga konon ia terserang wasir demi mengejar sang ide. Beberapa penulis lain ada yang menenggelamkan diri dalam tumpukan buku, ngopi di kafe dengan laptop siaga di ujung jari atau sekedar bermain voli untuk menjinakkan makhluk bernama ide ini. Intinya: ide harus ditangkap. Karena ide juga ibarat sambaran kilat. Jika tak cekatan disergap, ia akan meluncur menghunjam bumi dan teredam, tak berdayaguna apa-apa. Maka tangkaplah ide dengan keberanian Benjamin Franklin sang penemu arde alias penangkal petir menangkap petir dengan layang-layang yang digantungi kunci besi pada benangnya di tengah hujan deras yang ramai kilat. Sebuah keberanian bernyali dengan keingintahuan yang besar dan semangat mencoba sesuatu yang baru.
Nama : Nindiyah Puspitasari
Kelas : 3KA12
NPM : 11108424
Link :
http://gunadarma.ac.id
http://repository.gunadarma.ac.id
http://library.gunadarma.ac.id
http://community.gunadarma.ac.id
http://pasca.gunadarma.ac.id
Free writing fiksi atau menulis bebas fiksi mensyaratkan pembebasan kreativitas dengan menggali ke dalam diri kita sendiri (pengalaman, ide, nostalgia dll) hingga menghasilkan mission statement. Intinya, dengan menjadi diri kita sendiri maka pintu kreativitas akan terbuka lebar sehingga terbentuk energi alamiah kepenulisan yang mengantarkan kita pada ciri-ciri tulisan yang baik. Hukum besi semesta berkata bahwa sesuatu yang lahir dari hati akan sampai ke hati dan sebuah ketulusan akan melumerkan kekerasan hati. Menetapkan Niat : Mengapa Kita Menulis? “Lebih banyak pelaku bisnis yang gagal daripada seniman yang gagal.” Segala sesuatu diawali dengan niat. Apapun perbuatan kita tentu ada niat atau motivasi yang melandasi. Termasuk ketika kita menulis. Inilah software dalam diri kita yang harus ditata terlebih dahulu sebelum berkutat dengan segala detil teknis penulisan seperti ide, plot atau ending. Untuk apakah kita menulis? Uang? Ideologi? Terapi penyembuhan diri (trauma healing)? Dalam konteks trauma healing, kita dapat merujuk pada Paulo Coelho yang dalam novel The Al Chemist menyarankan agar kita menuliskan segala kesedihan atau perasaan yang mengganggu dalam selembar kertas dan melarungkannya ke sungai. Niscaya kesedihan atau kekuatiran akan sirna. Habiburrahman Syaerozy, contohnya. Dengan sebuah niatan memperbaiki akhlak bangsa melalui tulisan, aktivis Forum Lingkar Pena (FLP) cabang Kairo ini tergugah untuk menghasilkan karya sastra yang menghibur dan mencerahkan. Alhasil, meluncurlah dari guratan tangannya Ayat-Ayat Cinta novel yang laris secara fenomenal dan diangkat ke layar lebar maupun Di Atas Sajadah Cinta, yang kemudian diangkat menjadi sebuah sinetron rating atas di sebuah TV swasta. Termasuk beberapa buku bernada serupa. Yang paling anyar adalah dwilogi Ketika Cinta Bertasbih yang diluncurkan pada Milad ke-10 FLP pada 2006 dan langsung dua kali cetak ulang dalam 1 bulan! Lalu, salahkah jika kita ingin menulis semata-mata karena uang? Kawan-kawan penulis yang banyak saya ketahui yang bermotivasi menulis semata-mata karena materi pun umumnya banyak yang mutung, tidak lagi menulis setelah berbagai penolakan. Jika tidak, mereka meracau merutuki nasib atau bahkan menyalahkan orang lain terutama penerbit dan redaksi media. Mereka sibuk menuding kesana-kemari kecuali kepada dirinya sendiri. Mereka lupa bahwa seperti wejangan Eka Budianta, sang penyair seangkatan Rendra menulis adalah memberi. Dalam logika bisnis yang terkadang turut mengikat aktivitas menulis, menjual termasuk ‘menjual’ tulisan adalah melayani dan memberi. Keikhlasan melayani atau memberi terhadap kebutuhan konsumen justru akan menimbulkan market demand dalam bentuk repeat order (order yang berulang). Kelimpahan materi adalah efek sampingnya. Inilah sisi lain yang kerap diabaikan para penulis yang bermotivasi menulis semata-mata karena materi.
Jadi, menulislah tanpa beban, ujar Kuntowijoyo salah satu sastrawan favorit saya dan hanya ada tiga cara untuk menjadi penulis, yaitu dengan menulis, menulis dan menulis. Menulislah seikhlas meludah atau buang hajat. Seorang Habiburrahman Syaerozy juga tak menyangka jika Ayat-Ayat Cinta yang royaltinya untuk infaq pesantren akan laris manis hingga dicetak ulang berkali-kali dalam waktu singkat. JK Rowling yang hanya seorang guru miskin di Inggris pun tak pernah bermimpi jika Harry Potter akan mendunia padahal semula ia hanya menuliskan khayalan masa kecilnya. Dalam bahasa (alm) KH Abdullah Syafi’ie, seorang ulama kharismatik Betawi era 70an, ”Nanem padi rumput ikut, nanem rumput padi luput.” Tujuan yang lebih dari “sekadar” materi akan menuntun kita pada tujuan sampingan seperti materi dan popularitas. Kutipan perkataan John Gardner di atas pun sebenarnya tak terhenti di situ saja. Ada kalimat pamungkas yang menjadi kuncinya, yakni, “Walaupun demikian, dalam sekolah bisnis, optimismelah yang selalu berjaya.” Ya, optimismelah selain motivasi yang juga membedakan ketangguhan seseorang, termasuk seorang penulis. Bukankah gagal itu biasa dan bangkit dari kegagalan itu baru luar biasa? “Uang hanyalah sebuah ide.” Jika uang hanyalah sebuah ide maka memperbanyak ide sebanyak-banyaknya sama saja dengan mengembangbiakkan uang yang akan didapat. Dalam konteks industri kepenulisan yang aroma bisnisnya tak beda jauh dari industri real estate yang ditekuni Kiyosaki yang juga penulis buku Rich Dad Poor Dad ide harus ditangkap bahkan harus diternakkan. Ibarat hewan ternak, ia harus dirawat, dikembangbiakkan dan tak ayal dijual. Lihat saja fenomena novel Ayat-Ayat Cinta-nya Habiburrahman El-Shirazy atau Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang menuai royalti milyaran rupiah dan menjejak dunia layar lebar. Inilah contoh nyata betapa ide bagi seorang penulis tak ubahnya hewan ternak yang merupakan aset tak ternilai. Jika ide adalah hewan liar maka ia harus ditangkap, dijinakkan, didomestikasi. Seperti halnya orang-orang dulu mendomestikasi kuda atau unta untuk menjadi tunggangan yang bermanfaat untuk keperluan manusia. Sarana penangkapnya bisa dengan banyak cara. Hemmingway menangkap ide dengan jalan mengetik apa saja di mesin ketiknya jika mengalami kemampatan ide. Gola Gong melakukan perjalanan keliling dunia untuk menjaring ide Balada Si Roy dan Perjalanan di Asia. A.A Navis memilih nongkrong di toilet berjam-jam hingga konon ia terserang wasir demi mengejar sang ide. Beberapa penulis lain ada yang menenggelamkan diri dalam tumpukan buku, ngopi di kafe dengan laptop siaga di ujung jari atau sekedar bermain voli untuk menjinakkan makhluk bernama ide ini. Intinya: ide harus ditangkap. Karena ide juga ibarat sambaran kilat. Jika tak cekatan disergap, ia akan meluncur menghunjam bumi dan teredam, tak berdayaguna apa-apa. Maka tangkaplah ide dengan keberanian Benjamin Franklin sang penemu arde alias penangkal petir menangkap petir dengan layang-layang yang digantungi kunci besi pada benangnya di tengah hujan deras yang ramai kilat. Sebuah keberanian bernyali dengan keingintahuan yang besar dan semangat mencoba sesuatu yang baru.
Nama : Nindiyah Puspitasari
Kelas : 3KA12
NPM : 11108424
Link :
http://gunadarma.ac.id
http://repository.gunadarma.ac.id
http://library.gunadarma.ac.id
http://community.gunadarma.ac.id
http://pasca.gunadarma.ac.id
Karakter yang Tak Terlupakan
Karakter yang Tak Terlupakan
Pernah tidak kalian menemukan atau mengenal seseorang dalam kehidupan nyata yang sulit dilupakan karena keunikan karakternya? Dan apa pun yang dilakukan dan dikatakannya sesuai dengan karakternya itu? Ketika dia melakukan/mengatakan sesuatu yang tidak sesuai, kita juga langsung tahu ada yang tidak beres, atau kita bertanya-tanya apa penyebab inkonsistensi ini. Sebagai contoh, Saya pernah kenal dengan seorang mahasiswa yang kegemarannya adalah mengumpulkan suvenir dari hotel-hotel. Kebetulan dia kuliah di akademi pariwisata, atau mungkin karena hobinya itu dia memutuskan kuliah di sana. Yang jelas, di dinding kamarnya banyak sekali tergantung kunci kamar hotel berbagai bentuk dan ukuran. Di rak bukunya, berjajar pula asbak, gelas, piring, cangkir, dsb. Semuanya berlabel nama aneka hotel, baik di Indonesia, maupun luar negeri. Dia sering bepergian dan menginap di hotel-hotel baik dalam rangka tugas kuliah maupun urusan pribadi. Dan dia selalu menyempatkan diri membawa suvenir pulang. Menurutnya, tidak semua suvenir itu diberikan dengan sukarela oleh penyelia hotel. Tapi demi koleksinya, dia punya cara lain untuk mendapatkan apa yang diingininya. "Mencuri" adalah kata yang terlintas dalam benak saya waktu itu. Dari matanya yang berbinar penuh arti, saya tahu dia mampu melakukan itu kalau perlu, dan tanpa rasa sesal atau malu. Such an unforgettable character, he was, terlepas dari moralitas yang berlaku. Di lain pihak, adakah karakter dalam buku-buku yang kalian baca, begitu merasuk dalam benak, menjadikannya sosok yang tak bisa kalian lupakan? Jika karakter itu protagonis, Kalian berharap bertemu dengannya dalam kehidupan nyata. Atau bahkan kalian berharap bisa menjadi seperti dirinya. Dan jika karakter itu antagonis, Kalian ingin sekali menonjok mukanya pertama kali bertemu dengannya. Georgina atau George dari Lima Sekawan, Jupiter dari Trio Detektif, Matilda-nya Roald Dahl, Fang dari Maximun Ride, Edward the Vampire, Nancy Drew, Atticus Finch, Tintin dan Snowy, Asterix dan Obelix, Bartimaeus, Lyra Belacqua dan Will Parry, Nellie dan Harriet Oleson, dll. Mengapa mereka begitu berkesan? Bagi saya, tentu saja karena penulis begitu piawai menggambarkan karakter mereka sehingga secara emosional kita terpaut kepada mereka. Detail dan kuat. James N.Frey (How to Write a Damn Good Novel) bilang: "No one wants to read about characters who are just anybody. They want to read about interesting somebodies, characters capable of evoking in the reader some measure of emotional response”. Bahkan karakter fiksi yang digambarkan biasa-biasa saja dan membosankan, harus mendapatkan penggambaran extraordinary sehingga pembaca merasakan benar orang ini sangat biasa dan membosankan. Itulah fiksi. Karakter di dalamnya sengaja dipilih dan dibentuk untuk menjadi sosok yang tak terlupakan. Yang akan menjustifikasi alur cerita. Singkatnya, karakter merupakan jantung cerita. Karakater membuat cerita. Kita bukan membaca apa yang terjadi, tapi pada siapa kejadian itu menimpa. Sharon Creech (Walk Two Moon), misalnya, menurutnya, dia sering tak tahu bagaimana plot cerita yang akan ditulisnya. Dia tidak membuat outline. Dia hanya memikirkan sesosok karakter. Dan cerita mengalir sendiri di sekitar karakter ini. Jika Sharon memaksakan plot yang tidak sesuai dengan karakter tokohnya, si tokoh ini akan memberontak.
Saya sering merasakan hal itu juga. Saya sudah punya plot dari awal sampai akhir. Saya ingin endingnya seperti yang kubayangkan. Lalu saya memasukkan beberapa tokoh dengan karakter-karakter berbeda. Tapi interaksi di antara mereka yang konsisten dengan ciri karakter masing-masing membuat ending itu menjadi tidak masuk akal. Saya harus mengubah ending. Atau saya terpaksa menghapus salah satu karakter kalau mau berkeras dengan ending-ku. Tapi kalau saya sudah telanjur jatuh cinta dengan tokoh-tokohku, biasanya sayalah yang mengalah, membiarkan mereka mengakhiri cerita dengan cara mereka. Salah satu penyebab writer's block kukira ya ini. Penulis terpaku dengan ending yang sudah direncanakan tetapi di tengah jalan para karakter memberontak dan membawanya ke ending yang sama sekali berbeda. Akhirnya, penulisan macet di tengah jalan. Atau dari awal memang sudah ada inkonsistensi sehingga sulit membuat ending yang masuk akal. Atau penulis kurang mengembangkan karakternya menjadi sosok yang kuat, sehingga cerita terasa masih mentah di sana-sini. Dalam penulisan fiksi, terdapat tips-tips berikut :
Waktu baru memulai, tidak memasukkan banyak tokoh dalam cerita. Satu-dua orang sudah cukup. Protagonis atau antagonis, tak masalah. Yang penting fokus untuk membuat tokoh ini spesial dan unik. Seiring penambahan pengalaman, bisa menghandel lebih banyak tokoh.
Mencoba untuk keluar dari stereotipe. Kenapa menulis lagi tentang kelinci yang baik hati atau monyet yang nakal kalau kita bisa menokohkan buaya yang jenaka atau gajah yang pikun. Banyak stereotipe beredar di masyarakat kita: guru kebanyakan perempuan, tukang ledeng pasti laki-laki, penjahat biasanya berwajah penuh bekas luka, dst. Untuk anak-anak yang bersih dari prasangka, alangkah baiknya penulis membebaskan diri dari stereotipe. Kadang penulis lupa ini: misalnya, menganggap anak-anak paham dengan sendirinya bahwa seseorang itu jahat atau baik dari penampilan dan tampangnya.
Sebelum mulai menulis, membuat character sheet. Semacam biodata untuk tokoh utama. Nama, tempat tanggal lahir, pekerjaan, ciri-ciri fisik, kebiasaan, agama, status dalam keluarga, status keuangan, pendidikan, ambisi, hobi, binatang peliharaan, makanan kesukaan, kelemahan, selera bacaan dan film, cita-cita, dst. Semakin baik kita mengenal tokoh kita, semakin konsisten kita gambarkan perbuatan dan kata-katanya. Kita tak akan membuat dialog yang "melenceng" dari karakternya. Misalnya anak yang digambarkan pemberani tiba-tiba menjerit kaget melihat bayangan. Bahkan pemberian nama pun harus mengena benar. Dalam kehidupan nyata, orangtua tak akan sembarangan memberi nama anak-anaknya. Penulis tidak sembarangan memberi nama tokoh-tokohnya. Kalau pernah ditanya penerbit kenapa memilih nama Rantriva dan Oxar. Harus sudah siap dengan argumen. Kalau penulis merasa yakin nama tokohnya cocok, pembaca akan merasa nyaman, tidak berpikir bahwa nama itu diberikan asalan. Dengan karakter yang kuat dan pas, nama itu akan bergaung lama di benak pembaca.
Seringlah mengamati orang-orang di sekeliling kalian. Naik bus, arisan, ngobrol dengan tetangga, whatever, jadikan itu kesempatan untuk mendapatkan ciri-ciri unik dan nyata bagi karakter kalian. Bagaimana seseorang berbicara, bagaimana posturnya, suaranya, nadanya, reaksinya, rambut di sekitar tengkuk, lekukan tulang pipi, dst. Kalau kalian khawatir orang marah karena kalian tatap terus, lakukan sembunyi-sembunyi deh. Cobalah membayangkan kisah yang cocok untuk orang yang duduk di depan kalian di angkot. Gunakan imajinasi.
Tambahan setelah membaca reply. Karakter harus ada flaws. Kelemahan, keburukan, apa saja yang membuatnya tidak sempurna. Karena sempurna itu tidak manusiawi, dan akan menyulitkan pembaca mengidentifikasikan diri dengan karakter.
Selain flaws, kejutan juga menarik. Ternyata karakter kita memiliki kualitas di luar dugaan. Selama konsisten dengan gambaran keseluruhan, dan digambarkan logis, kejutan tak akan merusak karakter kita.
Nama : Nindiyah Puspitasari
Kelas : 3KA12
NPM : 11108424
Link :
http://gunadarma.ac.id
http://repository.gunadarma.ac.id
http://library.gunadarma.ac.id
http://community.gunadarma.ac.id
http://pasca.gunadarma.ac.id
Pernah tidak kalian menemukan atau mengenal seseorang dalam kehidupan nyata yang sulit dilupakan karena keunikan karakternya? Dan apa pun yang dilakukan dan dikatakannya sesuai dengan karakternya itu? Ketika dia melakukan/mengatakan sesuatu yang tidak sesuai, kita juga langsung tahu ada yang tidak beres, atau kita bertanya-tanya apa penyebab inkonsistensi ini. Sebagai contoh, Saya pernah kenal dengan seorang mahasiswa yang kegemarannya adalah mengumpulkan suvenir dari hotel-hotel. Kebetulan dia kuliah di akademi pariwisata, atau mungkin karena hobinya itu dia memutuskan kuliah di sana. Yang jelas, di dinding kamarnya banyak sekali tergantung kunci kamar hotel berbagai bentuk dan ukuran. Di rak bukunya, berjajar pula asbak, gelas, piring, cangkir, dsb. Semuanya berlabel nama aneka hotel, baik di Indonesia, maupun luar negeri. Dia sering bepergian dan menginap di hotel-hotel baik dalam rangka tugas kuliah maupun urusan pribadi. Dan dia selalu menyempatkan diri membawa suvenir pulang. Menurutnya, tidak semua suvenir itu diberikan dengan sukarela oleh penyelia hotel. Tapi demi koleksinya, dia punya cara lain untuk mendapatkan apa yang diingininya. "Mencuri" adalah kata yang terlintas dalam benak saya waktu itu. Dari matanya yang berbinar penuh arti, saya tahu dia mampu melakukan itu kalau perlu, dan tanpa rasa sesal atau malu. Such an unforgettable character, he was, terlepas dari moralitas yang berlaku. Di lain pihak, adakah karakter dalam buku-buku yang kalian baca, begitu merasuk dalam benak, menjadikannya sosok yang tak bisa kalian lupakan? Jika karakter itu protagonis, Kalian berharap bertemu dengannya dalam kehidupan nyata. Atau bahkan kalian berharap bisa menjadi seperti dirinya. Dan jika karakter itu antagonis, Kalian ingin sekali menonjok mukanya pertama kali bertemu dengannya. Georgina atau George dari Lima Sekawan, Jupiter dari Trio Detektif, Matilda-nya Roald Dahl, Fang dari Maximun Ride, Edward the Vampire, Nancy Drew, Atticus Finch, Tintin dan Snowy, Asterix dan Obelix, Bartimaeus, Lyra Belacqua dan Will Parry, Nellie dan Harriet Oleson, dll. Mengapa mereka begitu berkesan? Bagi saya, tentu saja karena penulis begitu piawai menggambarkan karakter mereka sehingga secara emosional kita terpaut kepada mereka. Detail dan kuat. James N.Frey (How to Write a Damn Good Novel) bilang: "No one wants to read about characters who are just anybody. They want to read about interesting somebodies, characters capable of evoking in the reader some measure of emotional response”. Bahkan karakter fiksi yang digambarkan biasa-biasa saja dan membosankan, harus mendapatkan penggambaran extraordinary sehingga pembaca merasakan benar orang ini sangat biasa dan membosankan. Itulah fiksi. Karakter di dalamnya sengaja dipilih dan dibentuk untuk menjadi sosok yang tak terlupakan. Yang akan menjustifikasi alur cerita. Singkatnya, karakter merupakan jantung cerita. Karakater membuat cerita. Kita bukan membaca apa yang terjadi, tapi pada siapa kejadian itu menimpa. Sharon Creech (Walk Two Moon), misalnya, menurutnya, dia sering tak tahu bagaimana plot cerita yang akan ditulisnya. Dia tidak membuat outline. Dia hanya memikirkan sesosok karakter. Dan cerita mengalir sendiri di sekitar karakter ini. Jika Sharon memaksakan plot yang tidak sesuai dengan karakter tokohnya, si tokoh ini akan memberontak.
Saya sering merasakan hal itu juga. Saya sudah punya plot dari awal sampai akhir. Saya ingin endingnya seperti yang kubayangkan. Lalu saya memasukkan beberapa tokoh dengan karakter-karakter berbeda. Tapi interaksi di antara mereka yang konsisten dengan ciri karakter masing-masing membuat ending itu menjadi tidak masuk akal. Saya harus mengubah ending. Atau saya terpaksa menghapus salah satu karakter kalau mau berkeras dengan ending-ku. Tapi kalau saya sudah telanjur jatuh cinta dengan tokoh-tokohku, biasanya sayalah yang mengalah, membiarkan mereka mengakhiri cerita dengan cara mereka. Salah satu penyebab writer's block kukira ya ini. Penulis terpaku dengan ending yang sudah direncanakan tetapi di tengah jalan para karakter memberontak dan membawanya ke ending yang sama sekali berbeda. Akhirnya, penulisan macet di tengah jalan. Atau dari awal memang sudah ada inkonsistensi sehingga sulit membuat ending yang masuk akal. Atau penulis kurang mengembangkan karakternya menjadi sosok yang kuat, sehingga cerita terasa masih mentah di sana-sini. Dalam penulisan fiksi, terdapat tips-tips berikut :
Waktu baru memulai, tidak memasukkan banyak tokoh dalam cerita. Satu-dua orang sudah cukup. Protagonis atau antagonis, tak masalah. Yang penting fokus untuk membuat tokoh ini spesial dan unik. Seiring penambahan pengalaman, bisa menghandel lebih banyak tokoh.
Mencoba untuk keluar dari stereotipe. Kenapa menulis lagi tentang kelinci yang baik hati atau monyet yang nakal kalau kita bisa menokohkan buaya yang jenaka atau gajah yang pikun. Banyak stereotipe beredar di masyarakat kita: guru kebanyakan perempuan, tukang ledeng pasti laki-laki, penjahat biasanya berwajah penuh bekas luka, dst. Untuk anak-anak yang bersih dari prasangka, alangkah baiknya penulis membebaskan diri dari stereotipe. Kadang penulis lupa ini: misalnya, menganggap anak-anak paham dengan sendirinya bahwa seseorang itu jahat atau baik dari penampilan dan tampangnya.
Sebelum mulai menulis, membuat character sheet. Semacam biodata untuk tokoh utama. Nama, tempat tanggal lahir, pekerjaan, ciri-ciri fisik, kebiasaan, agama, status dalam keluarga, status keuangan, pendidikan, ambisi, hobi, binatang peliharaan, makanan kesukaan, kelemahan, selera bacaan dan film, cita-cita, dst. Semakin baik kita mengenal tokoh kita, semakin konsisten kita gambarkan perbuatan dan kata-katanya. Kita tak akan membuat dialog yang "melenceng" dari karakternya. Misalnya anak yang digambarkan pemberani tiba-tiba menjerit kaget melihat bayangan. Bahkan pemberian nama pun harus mengena benar. Dalam kehidupan nyata, orangtua tak akan sembarangan memberi nama anak-anaknya. Penulis tidak sembarangan memberi nama tokoh-tokohnya. Kalau pernah ditanya penerbit kenapa memilih nama Rantriva dan Oxar. Harus sudah siap dengan argumen. Kalau penulis merasa yakin nama tokohnya cocok, pembaca akan merasa nyaman, tidak berpikir bahwa nama itu diberikan asalan. Dengan karakter yang kuat dan pas, nama itu akan bergaung lama di benak pembaca.
Seringlah mengamati orang-orang di sekeliling kalian. Naik bus, arisan, ngobrol dengan tetangga, whatever, jadikan itu kesempatan untuk mendapatkan ciri-ciri unik dan nyata bagi karakter kalian. Bagaimana seseorang berbicara, bagaimana posturnya, suaranya, nadanya, reaksinya, rambut di sekitar tengkuk, lekukan tulang pipi, dst. Kalau kalian khawatir orang marah karena kalian tatap terus, lakukan sembunyi-sembunyi deh. Cobalah membayangkan kisah yang cocok untuk orang yang duduk di depan kalian di angkot. Gunakan imajinasi.
Tambahan setelah membaca reply. Karakter harus ada flaws. Kelemahan, keburukan, apa saja yang membuatnya tidak sempurna. Karena sempurna itu tidak manusiawi, dan akan menyulitkan pembaca mengidentifikasikan diri dengan karakter.
Selain flaws, kejutan juga menarik. Ternyata karakter kita memiliki kualitas di luar dugaan. Selama konsisten dengan gambaran keseluruhan, dan digambarkan logis, kejutan tak akan merusak karakter kita.
Nama : Nindiyah Puspitasari
Kelas : 3KA12
NPM : 11108424
Link :
http://gunadarma.ac.id
http://repository.gunadarma.ac.id
http://library.gunadarma.ac.id
http://community.gunadarma.ac.id
http://pasca.gunadarma.ac.id
Minggu, 24 Oktober 2010
Inspirasi Positif
Inspirasi Positif
Dini hari, beberapa saat setelah pergantian hari…, jemari dan otak ini ingin mencoba mengungkapkan sesuatu yang berhubungan dengan si bulet penggemar kue Dorayaki dari abad ke-22 “Doraemon”, seekor anime/manga robot kucing yang sangat saya sukai sejak kecil (saat tayangan film Doraemon muncul di RCTI). Tulisan ini sebagai upaya saya untuk menyeimbangkan kinerja dan fungsi otak ini. Sekarang, saya ingin menjadikan otak kanan saya lebih dominan. Karena beberapa hari terakhir ini, otak kiri saya sudah terlalu terfosir untuk merampungkan tugas-tugas matakuliah yang berbeda. Ehm, lanjut… Doraemon : cerita fiksi karya Fujiko F.Fujio yang telah hadir dan menyapa para penggemarnya di Indonesia sejak tahun 1991. Sudah mendekati 2 dasawarsa dan hal ini menjadi bukti kesuksesan Doraemon di tanah air. Kesuksesan lain dari tokoh berupa kucing dengan kantong ajaib ini, pada maret 2008 telah dilantik sebagai Duta Besar Budaya Animasi Jepang untuk memperkenalkan budaya dan adat istiadat masyarakat jepang ke seluruh dunia. Wow, keren… robot kucing aja bisa jadi Duta Besar!!!. Hhm, ada beberapa kisah unik dan menarik tentang kelahiran “Doraemon” : Doraemon adalah seekor robot kucing yang dibuat pada tanggal 3 september 2112. Produksi massal berbagai macam tipe robot terjadi pada abad ke-22. Disebuah pabrik yang tidak jauh dari Tokyo, diproduksilah robot-robot kucing. Karena sebuah kecelakaan, Doraemon kurang 1 sekrup dibanding dengan robot kucing lainnyadan menjadi barang kelas 2. Selama proses produksi, kesalahan terjadi pada salah satu robot. Walaupun Doraemon tidak begitu baik dalam studinya, robot ini dikirim ke akademi robot untuk dilatih sebagai robot rumah tangga. Pada akhirnya, dia bisa lulus juga. Akan tetapi, tidak semuanya berjalan mulus bagi Doraemon. Doraemon menjadi pengasuh dari keturunan Nobita. Doraemon dilelang dan ditawar oleh sebuah keluarga miskin. Dia harus bekerja sebagai baby sitter. Pada suatu hari, saat Doraemon sedang asyik tidur siang, sebuah robot tikus menggigit kedua daun telinganya. Hehee…lutuna… kejadian inilah yang membuat Doraemon selalu histeris dan takut pada tikus(dasar kucing aneh!!! Hehee…). Musibah tersebut membuat doraemon sangat sedih dan menangis selama 10 hari. Doraemon menangis dan terus menangis. Air matanya membuat warna aslinya yang kuning terang menjadi luntur. Air matanya menghapus warna tubuhnya. Doraemon berubah menjadi apa yang kita kenal sekarang, yaitu sebuah robot kucing biru tanpa daun telinga. Doraemon dikirim kembali ke masa kini oleh cicit Nobita, Sewashi (pemilik Doraemon), untuk memperbaiki kehidupan Nobita agar keturunannya merasakan kehidupan yang lebih baik. Nobita adalah seorang anak kelas 5 SD yang selalu mengalami nasib sial dan tidak mempunyai kemampuan apa-apa. Meskipun demikian, ia pandai dalam tembak-menembak dan membuat teka-teki. Nobita juga ahli dalam hal tidur. Beberapa keahlian yang tidak berguna di jaman jepang modern. Inilah alasan mengapa ia gagal menjalani kehidupannya. Ia malas jika harus bersungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu. Doraemon dikirim dari masa depan untuk menjadikannya seorang pria yang sukses. Inilah misi terbesar Doraemon. Sangat ironis, sebuah robot gagal datang membantu seorang anak yang gagal. Akan tetapi, pada kenyataannya, persahabatan kedua anak ini membuat mereka menjadi orang yang lebih baik!!! (bagian ini yang sangat saya suka!!!). adapun tokoh-tokoh yang terlibat dalam manga/anime Doraemon yaitu Nobi Nobita, Doraemon, Shizuka Minamoto, Takeshi Goda(Giant), Suneo Honekawa, Nobisuke Nobi(Ayah Nobita), Tamako Kataoka(Ibu Nobita), Dorami, Hidetoshi Dekisugi, Pak Guru, Jaiko, dll. Berbagai peralatan ajaib yang dimiliki oleh Doraemon, diantaranya kantung ajaib, mesin waktu, pintu kemana saja, baling-baling bambu, senter pembesar-pengecil dan masih banyak lagi.
Nah, dalam tulisan ini saya ingin sedikit mengulas beberapa Inspirasi Positif dari tokoh robot kucing Doraemon tersebut. Doraemon mengajarkan kita untuk memiliki daya Imajinasi!! ini hal pertama yang saya dapatkan(-sejak dulu-) ketika asyik melihat tayangan film ini ataupun saat membaca komiknya. Yupz, Imajinasi!!! Ruang Imajinatif telah menjadi kamar tersendiri dalam rumah besar bernama pengetahuan, baik rumah yang berfondasi indera, maupun yang berdasar rasio. Uraian ini memang tergelitik dari ungkapan Albert Einstein, “Imajinasi lebih penting daripada pengetahuan. Pengetahuan ada batasnya. Imajinasi menggelilingi dunia!!!”. Imajinasi sangat penting bagi perkembangan anak, terlebih untuk perkembangan dirinya di masa datang. Seorang anak dapat melihat suatu benda sederhana, misalnya dus bekas. Kemudian, dia membayangkan dan mengubah dus tersebut menjadi pesawat terbang, mobil atau kereta kencana. Bahkan, dia dapat berimajinasi bahwa dus itu adalah sebuah kotak ajaib yang dari dalamnya bisa keluar peri, naga atau mungkin seorang kesatria. Melalui imajinasinya, anak dapat menjadikan sebuah benda sederhana menjadi sesuatu yang luar biasa. Siapa yang tidak mengenal Prof.B.J.Habibie???. Dari salah satu biografinya, terungkap bahwa sejak kecil, mantan Presiden RI ini, senang menggambar pesawat. Bahkan ia selalu berkata bahwa bila kelak dewasa ingin membuat pesawat. Siapa yang menyangka dari sekedar membuat coretan pesawat hasil imajinasi dan selalu berceloteh tentang pesawat, akhirnya B.J.Habibie dikenal sebagai perancang bangun pesawat. Ide seorang anak bukan berarti sekedar bualan yang tidak mungkin. “Semua orang sukses adalah seorang pemimpi besar. Mereka berimajinasi tentang masa depannya, ideal dalam segala hal, serta bekerja setiap hari untuk mendekati impian atau tujuannya”. Hhm… memang benar. Kalau tidak ada para pemimpi besar itu, mungkinkah sekarang ini ada listrik, lampu, telepon atau clonning???. Lanjut yak… Doraemon, sebuah manga/anime yang dapat memacu kreativitas!!!. Bisa kita lihat sekarang ini banyak sekali menjamur pernak-pernik berbau Doraemon yang dapat kita jimpai di sekitar kita. Contoh yang lebih konkret, munculnya sebuah mobil Doraemon yang pernah dipamerkan dalam Beijing Auto Show 2008, pembuatan helm Doraemon yang sangat laris manis di jepang. Yupz, cara cerdas dan kreatif yang membentuk jiwa penuh inovatif dapat dilakukan melalui 3 cara, yaitu ATM(Amati,Tiru dan Modifikasi). Mantebzz…!!!. Pelajaran positif lainnya, adalah nilai-nilai kejujuran!!!. Kisah Nobita pun dapat menjadi Inspirasi dalam hidup kita. Meskipun Nobita tidak pandai dalam hal pelajaran, tetapi dia tidak pernah berbuat curang saat mengerjakan ujian. Suatu ketika ia hendak memakai pensil computer untuk mendapat jawaban benar secra otomatis saat ujian, tetapi ia segera mengurungkan niatnya dan memilih untuk mengerjakannya dengan cara yang jujur. Hal positif lain dari Nobita yaitu eksistensinya untuk tetap bergerak maju, tetap bertahan dan berjuang menghadapi segala rintangan yang ada. Nobita bukan orang yang selalu menang. Ia menjalani hidupnya tanpa prestasi yang berarti, tetapi ia menjalani hidupnya dengan penuh arti. Satu kisah yang membuat saya juga mengagumi Nobita adalah kisah kepergian Doraemon. Dia akhirnya berhasil mengalahkan Giant dan dia berkata (dalam kondisi babak belur)… “ Aku Menang Doraemon!!! Pulanglah Tanpa Rasa Khawatir, Sebab Tanpamu Aku Masih Bisa Menang…”. Singkat kata, Nobita mempunyai kualitas-kualitas tidak terduga yang bisa kita tiru untuk mengarungi hidup yang penuh tantangan ini, yaitu kejujuran, ketegaran, kemauan untuk berubah dan kemampuan untuk bersyukur. Banyak sekali nilai persahabatan dalam Doraemon. Lihat saja film Doraemon versi Pertualangan seperti Legenda Raja Matahari, Doraemon dan Nobita di Negeri Angin, dll… Sebuah persahabatan yang indah, meski terkadang ada perseteruan antara Nobita cs dengan Giant dkk, tapi dalam kisah pertualangan mereka terdapat kisah indah tentang persahabatan tulus, tanpa pamrih. Ini yang bisa kita tiru… Akhir dari tulisan saya ini, meski ada beberapa catatan negatif dari film Doraemon, tetapi saya tidak ingin mengungkapkannya disini, karena yang saya bangun adalah Inspirasi Positif yang bisa kita internalisasikan dalam diri kita. Hhm, endingnya simak baik-naik lirik lagu dibawah ini…
“ Lihat-lihatlah bunga yang sedang mekar
Tiba saat mengucapkan selamat pagi
Masa depan semua mari kita bangun
Lalalala lalalala bernyanyi bersama
Saya hidup di bumi ini masa depan dengan kapal angkasa
Mari kita banyak-banyak berikhtiar
Menjadikan satu-satu kita wujudkan
Kita hidup di bumi ini
Pagi, esok, dan seterusnya…
Masa indah sangat banyak kota impian
Menjadikan satu-satu kita wujudkan…”
Inilah sebuah lagu penutup film Doraemon versi Indonesia yang cukup asyik kita dengarkan. Bait-bait syairnya mengisyaratkan agar kita memiliki cita-cita yang tinggi dan berusaha mewujudkan impian tersebut!!
Semoga Menginspirasi Dan Mainkan Inspirasi Sesukamu!!!.
Nama : Nindiyah Puspitasari
Kelas : 3KA12
NPM : 11108424
Link :
http://gunadarma.ac.id
http://repository.gunadarma.ac.id
http://library.gunadarma.ac.id
http://community.gunadarma.ac.id
http://pasca.gunadarma.ac.id
Dini hari, beberapa saat setelah pergantian hari…, jemari dan otak ini ingin mencoba mengungkapkan sesuatu yang berhubungan dengan si bulet penggemar kue Dorayaki dari abad ke-22 “Doraemon”, seekor anime/manga robot kucing yang sangat saya sukai sejak kecil (saat tayangan film Doraemon muncul di RCTI). Tulisan ini sebagai upaya saya untuk menyeimbangkan kinerja dan fungsi otak ini. Sekarang, saya ingin menjadikan otak kanan saya lebih dominan. Karena beberapa hari terakhir ini, otak kiri saya sudah terlalu terfosir untuk merampungkan tugas-tugas matakuliah yang berbeda. Ehm, lanjut… Doraemon : cerita fiksi karya Fujiko F.Fujio yang telah hadir dan menyapa para penggemarnya di Indonesia sejak tahun 1991. Sudah mendekati 2 dasawarsa dan hal ini menjadi bukti kesuksesan Doraemon di tanah air. Kesuksesan lain dari tokoh berupa kucing dengan kantong ajaib ini, pada maret 2008 telah dilantik sebagai Duta Besar Budaya Animasi Jepang untuk memperkenalkan budaya dan adat istiadat masyarakat jepang ke seluruh dunia. Wow, keren… robot kucing aja bisa jadi Duta Besar!!!. Hhm, ada beberapa kisah unik dan menarik tentang kelahiran “Doraemon” : Doraemon adalah seekor robot kucing yang dibuat pada tanggal 3 september 2112. Produksi massal berbagai macam tipe robot terjadi pada abad ke-22. Disebuah pabrik yang tidak jauh dari Tokyo, diproduksilah robot-robot kucing. Karena sebuah kecelakaan, Doraemon kurang 1 sekrup dibanding dengan robot kucing lainnyadan menjadi barang kelas 2. Selama proses produksi, kesalahan terjadi pada salah satu robot. Walaupun Doraemon tidak begitu baik dalam studinya, robot ini dikirim ke akademi robot untuk dilatih sebagai robot rumah tangga. Pada akhirnya, dia bisa lulus juga. Akan tetapi, tidak semuanya berjalan mulus bagi Doraemon. Doraemon menjadi pengasuh dari keturunan Nobita. Doraemon dilelang dan ditawar oleh sebuah keluarga miskin. Dia harus bekerja sebagai baby sitter. Pada suatu hari, saat Doraemon sedang asyik tidur siang, sebuah robot tikus menggigit kedua daun telinganya. Hehee…lutuna… kejadian inilah yang membuat Doraemon selalu histeris dan takut pada tikus(dasar kucing aneh!!! Hehee…). Musibah tersebut membuat doraemon sangat sedih dan menangis selama 10 hari. Doraemon menangis dan terus menangis. Air matanya membuat warna aslinya yang kuning terang menjadi luntur. Air matanya menghapus warna tubuhnya. Doraemon berubah menjadi apa yang kita kenal sekarang, yaitu sebuah robot kucing biru tanpa daun telinga. Doraemon dikirim kembali ke masa kini oleh cicit Nobita, Sewashi (pemilik Doraemon), untuk memperbaiki kehidupan Nobita agar keturunannya merasakan kehidupan yang lebih baik. Nobita adalah seorang anak kelas 5 SD yang selalu mengalami nasib sial dan tidak mempunyai kemampuan apa-apa. Meskipun demikian, ia pandai dalam tembak-menembak dan membuat teka-teki. Nobita juga ahli dalam hal tidur. Beberapa keahlian yang tidak berguna di jaman jepang modern. Inilah alasan mengapa ia gagal menjalani kehidupannya. Ia malas jika harus bersungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu. Doraemon dikirim dari masa depan untuk menjadikannya seorang pria yang sukses. Inilah misi terbesar Doraemon. Sangat ironis, sebuah robot gagal datang membantu seorang anak yang gagal. Akan tetapi, pada kenyataannya, persahabatan kedua anak ini membuat mereka menjadi orang yang lebih baik!!! (bagian ini yang sangat saya suka!!!). adapun tokoh-tokoh yang terlibat dalam manga/anime Doraemon yaitu Nobi Nobita, Doraemon, Shizuka Minamoto, Takeshi Goda(Giant), Suneo Honekawa, Nobisuke Nobi(Ayah Nobita), Tamako Kataoka(Ibu Nobita), Dorami, Hidetoshi Dekisugi, Pak Guru, Jaiko, dll. Berbagai peralatan ajaib yang dimiliki oleh Doraemon, diantaranya kantung ajaib, mesin waktu, pintu kemana saja, baling-baling bambu, senter pembesar-pengecil dan masih banyak lagi.
Nah, dalam tulisan ini saya ingin sedikit mengulas beberapa Inspirasi Positif dari tokoh robot kucing Doraemon tersebut. Doraemon mengajarkan kita untuk memiliki daya Imajinasi!! ini hal pertama yang saya dapatkan(-sejak dulu-) ketika asyik melihat tayangan film ini ataupun saat membaca komiknya. Yupz, Imajinasi!!! Ruang Imajinatif telah menjadi kamar tersendiri dalam rumah besar bernama pengetahuan, baik rumah yang berfondasi indera, maupun yang berdasar rasio. Uraian ini memang tergelitik dari ungkapan Albert Einstein, “Imajinasi lebih penting daripada pengetahuan. Pengetahuan ada batasnya. Imajinasi menggelilingi dunia!!!”. Imajinasi sangat penting bagi perkembangan anak, terlebih untuk perkembangan dirinya di masa datang. Seorang anak dapat melihat suatu benda sederhana, misalnya dus bekas. Kemudian, dia membayangkan dan mengubah dus tersebut menjadi pesawat terbang, mobil atau kereta kencana. Bahkan, dia dapat berimajinasi bahwa dus itu adalah sebuah kotak ajaib yang dari dalamnya bisa keluar peri, naga atau mungkin seorang kesatria. Melalui imajinasinya, anak dapat menjadikan sebuah benda sederhana menjadi sesuatu yang luar biasa. Siapa yang tidak mengenal Prof.B.J.Habibie???. Dari salah satu biografinya, terungkap bahwa sejak kecil, mantan Presiden RI ini, senang menggambar pesawat. Bahkan ia selalu berkata bahwa bila kelak dewasa ingin membuat pesawat. Siapa yang menyangka dari sekedar membuat coretan pesawat hasil imajinasi dan selalu berceloteh tentang pesawat, akhirnya B.J.Habibie dikenal sebagai perancang bangun pesawat. Ide seorang anak bukan berarti sekedar bualan yang tidak mungkin. “Semua orang sukses adalah seorang pemimpi besar. Mereka berimajinasi tentang masa depannya, ideal dalam segala hal, serta bekerja setiap hari untuk mendekati impian atau tujuannya”. Hhm… memang benar. Kalau tidak ada para pemimpi besar itu, mungkinkah sekarang ini ada listrik, lampu, telepon atau clonning???. Lanjut yak… Doraemon, sebuah manga/anime yang dapat memacu kreativitas!!!. Bisa kita lihat sekarang ini banyak sekali menjamur pernak-pernik berbau Doraemon yang dapat kita jimpai di sekitar kita. Contoh yang lebih konkret, munculnya sebuah mobil Doraemon yang pernah dipamerkan dalam Beijing Auto Show 2008, pembuatan helm Doraemon yang sangat laris manis di jepang. Yupz, cara cerdas dan kreatif yang membentuk jiwa penuh inovatif dapat dilakukan melalui 3 cara, yaitu ATM(Amati,Tiru dan Modifikasi). Mantebzz…!!!. Pelajaran positif lainnya, adalah nilai-nilai kejujuran!!!. Kisah Nobita pun dapat menjadi Inspirasi dalam hidup kita. Meskipun Nobita tidak pandai dalam hal pelajaran, tetapi dia tidak pernah berbuat curang saat mengerjakan ujian. Suatu ketika ia hendak memakai pensil computer untuk mendapat jawaban benar secra otomatis saat ujian, tetapi ia segera mengurungkan niatnya dan memilih untuk mengerjakannya dengan cara yang jujur. Hal positif lain dari Nobita yaitu eksistensinya untuk tetap bergerak maju, tetap bertahan dan berjuang menghadapi segala rintangan yang ada. Nobita bukan orang yang selalu menang. Ia menjalani hidupnya tanpa prestasi yang berarti, tetapi ia menjalani hidupnya dengan penuh arti. Satu kisah yang membuat saya juga mengagumi Nobita adalah kisah kepergian Doraemon. Dia akhirnya berhasil mengalahkan Giant dan dia berkata (dalam kondisi babak belur)… “ Aku Menang Doraemon!!! Pulanglah Tanpa Rasa Khawatir, Sebab Tanpamu Aku Masih Bisa Menang…”. Singkat kata, Nobita mempunyai kualitas-kualitas tidak terduga yang bisa kita tiru untuk mengarungi hidup yang penuh tantangan ini, yaitu kejujuran, ketegaran, kemauan untuk berubah dan kemampuan untuk bersyukur. Banyak sekali nilai persahabatan dalam Doraemon. Lihat saja film Doraemon versi Pertualangan seperti Legenda Raja Matahari, Doraemon dan Nobita di Negeri Angin, dll… Sebuah persahabatan yang indah, meski terkadang ada perseteruan antara Nobita cs dengan Giant dkk, tapi dalam kisah pertualangan mereka terdapat kisah indah tentang persahabatan tulus, tanpa pamrih. Ini yang bisa kita tiru… Akhir dari tulisan saya ini, meski ada beberapa catatan negatif dari film Doraemon, tetapi saya tidak ingin mengungkapkannya disini, karena yang saya bangun adalah Inspirasi Positif yang bisa kita internalisasikan dalam diri kita. Hhm, endingnya simak baik-naik lirik lagu dibawah ini…
“ Lihat-lihatlah bunga yang sedang mekar
Tiba saat mengucapkan selamat pagi
Masa depan semua mari kita bangun
Lalalala lalalala bernyanyi bersama
Saya hidup di bumi ini masa depan dengan kapal angkasa
Mari kita banyak-banyak berikhtiar
Menjadikan satu-satu kita wujudkan
Kita hidup di bumi ini
Pagi, esok, dan seterusnya…
Masa indah sangat banyak kota impian
Menjadikan satu-satu kita wujudkan…”
Inilah sebuah lagu penutup film Doraemon versi Indonesia yang cukup asyik kita dengarkan. Bait-bait syairnya mengisyaratkan agar kita memiliki cita-cita yang tinggi dan berusaha mewujudkan impian tersebut!!
Semoga Menginspirasi Dan Mainkan Inspirasi Sesukamu!!!.
Nama : Nindiyah Puspitasari
Kelas : 3KA12
NPM : 11108424
Link :
http://gunadarma.ac.id
http://repository.gunadarma.ac.id
http://library.gunadarma.ac.id
http://community.gunadarma.ac.id
http://pasca.gunadarma.ac.id
Jumat, 08 Oktober 2010
Robot Berkaki 6
Pada proyek robot kali ini, penulis memaparkan cara membuat robot berkaki 6 (hexapod) menggunakan 3 buah sensor, yaitu 1 sensor jarak SRF04 (Sonar Range Finder) dan 2 bh Sharp GP2D12. Dijamin dechhh penasaran dan menarik untuk dicoba. Blok Rangkaiannya Robot ini bergerak berdasarkan informasi dari ketiga sensor jarak. Robot ini diharapkan dapat melakukan “eksplorasi” ke daerah yang dilaluinya, untuk memberikan informasi ke “pemiliknya” menggunakan kamera wireless misalnya, oleh karena itu robot ini dinamakan Explorer Hexapod. Berikut ini ialah bahan – bahan yang diperlukan, yang paling penting tentunya ialah kerangka dari kaki hexapod ini, yang dapat dibuat sendiri atau membeli kit yang sudah jadi :
1)2 buah servo motor HS311
2)Body dan kaki hexapod (Dapat membeli kit kaki hexapod lengkap dengan 2 bh servo HS311)
3)Min. System ATmega 8535, ATmega16 atau Atmega32
4)Driver Motor DC 293D/ deKits SPC DC Motor
5)1 sensor jarak ultrasonic SRF 04 (jarak 3cm-3m)
6)2 sensor jarak infrared SharpGP2D12(10cm -80cm)
7)Tempat baterai 9V 2bh
Berikut ini ialah konstruksi dari kaki hexapod standar, yang digerakkan dari putaran motor servo continuous. Servo ini dikendalikan dari port B.0-3 melalui Driver motor yaitu kit DC motor Driver menggunakan IC L293D (dapat menggunakan juga kit dekits SPC DC Motor) atau jika ingin lebih kuat lagi menggunakan IC H bridge L298. Perlu diingat, kaki servo ini ada 3 pin, cukup gunakan 2 kaki yang menggerakan motor DC di dalam servo tersebut saja. Servo HS311 merupakan servo dengan torsi yang cukup besar untuk menggerakkan robot dengan beban maksimal 1.5kg. Cara kerjanya Pertama, kita lihat dulu bagian sensor. Sensor SRF04 digunakan untuk mengetahui jarak depan robot, apakah ada penghalang atau tidak, yang mampu mendeteksi jarak dari 3cm hingga 3 meter. Sensor ini bekerja berdasarkan prinsip gelombang ultrasonic. Pencari jarak ini bekerja dengan cara memancarkan pulsa suara dengan kecepatan suara (0.9 ft/milidetik) berfrekwensi 40 KHz. Keluaran sensor ini dihubungkan ke Port C.0 dan Port C.1, dan dengan nilai trigger input sebesar 10 uS pada pulsa TTL. Alasan mengapa digunakan sensor ini, ialah karena sensor jarak ini paling banyak digunakan pada Kontes Robot Cerdas di Indonesia, sehingga pembaca pemula menjadi familiar. Anda dapat menambah sensor ini hingga 4 buah untuk digunakan pada sisi kanan, kiri dan belakang robot biar lebih akurat. Sedangkan 2 sensor infrared GP2D12 di sisi samping kanan dan kiri dapat mengukur jarak sejauh 10cm- 80cm dengan output analog, sehingga dapat langsung dihubungkan ke port A.0 dan port A.1 dari mikrokontroler AVR tersebut. Karakteristik dari sensor ini tidak linear, oleh karena itu idealnya perlu digunakan look up table untuk mengolah raw data dari sensor tersebut. Hasil pembacaan sensor-sensor jarak ini diolah oleh mikrokontroler, untuk memutuskan gerakan yang akan dilakukan apakah maju, mundur atau belok. Dengan memutarnya servo, menyebabkan bagian kaki yang terhubung ke servo bergerak bergantian sehingga robot dapat berjalan.
Nama : Nindiyah Puspitasari
Kelas : 3KA12
NPM : 11108424
Matkul : Sistem Berbasis Pengetahuan
1)2 buah servo motor HS311
2)Body dan kaki hexapod (Dapat membeli kit kaki hexapod lengkap dengan 2 bh servo HS311)
3)Min. System ATmega 8535, ATmega16 atau Atmega32
4)Driver Motor DC 293D/ deKits SPC DC Motor
5)1 sensor jarak ultrasonic SRF 04 (jarak 3cm-3m)
6)2 sensor jarak infrared SharpGP2D12(10cm -80cm)
7)Tempat baterai 9V 2bh
Berikut ini ialah konstruksi dari kaki hexapod standar, yang digerakkan dari putaran motor servo continuous. Servo ini dikendalikan dari port B.0-3 melalui Driver motor yaitu kit DC motor Driver menggunakan IC L293D (dapat menggunakan juga kit dekits SPC DC Motor) atau jika ingin lebih kuat lagi menggunakan IC H bridge L298. Perlu diingat, kaki servo ini ada 3 pin, cukup gunakan 2 kaki yang menggerakan motor DC di dalam servo tersebut saja. Servo HS311 merupakan servo dengan torsi yang cukup besar untuk menggerakkan robot dengan beban maksimal 1.5kg. Cara kerjanya Pertama, kita lihat dulu bagian sensor. Sensor SRF04 digunakan untuk mengetahui jarak depan robot, apakah ada penghalang atau tidak, yang mampu mendeteksi jarak dari 3cm hingga 3 meter. Sensor ini bekerja berdasarkan prinsip gelombang ultrasonic. Pencari jarak ini bekerja dengan cara memancarkan pulsa suara dengan kecepatan suara (0.9 ft/milidetik) berfrekwensi 40 KHz. Keluaran sensor ini dihubungkan ke Port C.0 dan Port C.1, dan dengan nilai trigger input sebesar 10 uS pada pulsa TTL. Alasan mengapa digunakan sensor ini, ialah karena sensor jarak ini paling banyak digunakan pada Kontes Robot Cerdas di Indonesia, sehingga pembaca pemula menjadi familiar. Anda dapat menambah sensor ini hingga 4 buah untuk digunakan pada sisi kanan, kiri dan belakang robot biar lebih akurat. Sedangkan 2 sensor infrared GP2D12 di sisi samping kanan dan kiri dapat mengukur jarak sejauh 10cm- 80cm dengan output analog, sehingga dapat langsung dihubungkan ke port A.0 dan port A.1 dari mikrokontroler AVR tersebut. Karakteristik dari sensor ini tidak linear, oleh karena itu idealnya perlu digunakan look up table untuk mengolah raw data dari sensor tersebut. Hasil pembacaan sensor-sensor jarak ini diolah oleh mikrokontroler, untuk memutuskan gerakan yang akan dilakukan apakah maju, mundur atau belok. Dengan memutarnya servo, menyebabkan bagian kaki yang terhubung ke servo bergerak bergantian sehingga robot dapat berjalan.
Nama : Nindiyah Puspitasari
Kelas : 3KA12
NPM : 11108424
Matkul : Sistem Berbasis Pengetahuan
Robotika
Robot ini dibuat untuk menyelesaikan misi tertentu. Misi robot yang dibuat adalah untuk menemukan dan memadamkan api lilin yang diletakkan pada pola ruang yang telah ditentukan. Aksi robot diawali dengan menjelajah pola ruang dengan memanfaatkan sensor Ultrasonik dan sensor Infrared sebagai pendeteksi penghalang (dinding), dan menemukan sumber nyala api dengan mengecek keberadaan cahaya ultraviolet menggunakan sensor UVtron. Sensor UVtron digunakan untuk memastikan adanya sumber nyala api lilin dan mengarahkan robot pada posisi nyala api lilin. Bila dalam proses scanning robot mendeteksi adanya nyala api lilin, robot akan melakukan manuver mengarah pada posisi api, bergerak mendekati api dan meniup nyala api dengan kipas. Robot ini dikontrol oleh Mikrokontroler PIC 16F877A yang diprogram menggunakan Proton+ dengan bahasa Basic. Sehingga program robot lebih mudah untuk dipahami. Kecepatan scanning pada Mikrokontroler menggunakan kristal 20MHz. Cara Kerja Rangkaiannya pada robot ini dilengkapi dengan dua PIC 16F877A. Dimana pada PIC pertama digunakan untuk memproses semua input dan menghasilkan output. Input yang dihasilkan berasal dari PIC kedua, Infrared Proximity, Limit Switch, dan DIP Switch. Sedangkan output yang dihasilkan adalah gerakan motor servo sebagai kaki-kaki dari robot dan motor DC sebagai motor untuk kipas. Sedangkan pada PIC kedua digunakan untuk memproses input-an yang berasal dari sensor Ultrasonik, sensor UVtron, dan sensor Infrared Sharp GP2D12. Output dari PIC kedua ini akan menjadi input-an untuk PIC pertama. Sedangkan Cara Kerja Robot ini bekerja untuk mencari posisi titik api yang diwakili oleh lilin yang diletakan dalam ruangan labirin dan memadamkan api lilin tersebut dengan kipas. Pemilihan ruangan pada labirin menggunakan DIP SWITCH yang telah diatur, sehingga robot bergerak menuju ruangan sesuai yang diinginkan. Robot ini dilengkapi dengan dua buah saklar (saklar PIC dan saklar motor) dan dua buah tombol (tombol ready dan tombol start). Untuk mengaktifkan robot ini posisikan kedua saklar pada posisi ON, kemudian tekan tombol ready. Setelah itu letakkan robot pada posisi HOME (lingkaran putih pada labirin) kemudian tekan tombol start maka robot akan berputar sampai posisi yang telah ditentukan. Setelah robot mencapai posisi yang telah ditentukan, maka robot akan mengeksekusi instruksi gerak atau jalan melewati lorong sambil mendeteksi ada atau tidaknya halangan melalui sensor Ultrasonik dan sensor Infrared Sharp GP2D12 yang sudah terpasang pada robot agar tidak menabrak dinding (halangan). Ketika melewati lorong, robot telah dibekali algoritma pemetaan (navigasi) yang digunakan oleh robot untuk menentukan arah setelah mendapat persimpangan. Setelah robot memasuki sebuah ruangan dan robot telah mendeteksi garis putih yang ada di depan pintu (sensor infrared proximity aktif), maka robot akan mencari sumber nyala api dengan berputar 180ยบ untuk mendeteksi sumber nyala api dalam ruangan tersebut. Ketika sensor UVtron mendeteksi adanya sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh nyala api, maka instruksi selanjutnya yaitu bergerak maju mendekati nyala api tersebut dan berhenti ketika mendapatkan lantai berwarna putih yang menandakan batas posisi lilin untuk dipadamkan. Lantai berwarna putih dideteksi oleh sensor infrared proximity. Saat mencapai batas posisi lilin (lantai berwarna putih) dan posisi sensor UVtron tidak lurus dengan posisi lilin, maka robot akan berputar 180° untuk mencari posisi titik api. Setelah posisi sensor lurus dengan posisi titik api, maka robot akan berhenti berputar dan mematikan lilin dengan kipas. Kerangka robot ini terbuat dari acrylic 3 mmdengan dimensi robot 25 cm x 25 cm x 25 cm. Aktuator Menggunakan 7 buah motor RC Servo sebagai penggerak robot dan 1 buah motor DC sebagai penggerak kipas.
Nama : Nindiyah Puspitasari
Kelas : 3KA12
NPM : 11108424
Matkul : Sistem Berbasis Pengetahuan
Nama : Nindiyah Puspitasari
Kelas : 3KA12
NPM : 11108424
Matkul : Sistem Berbasis Pengetahuan
Senin, 04 Oktober 2010
Sebuah Impian, Kegagalan dan Kesuksesan
Bagi banyak orang kegagalan adalah sesuatu yg buruk. Apakah betul begitu? Untuk pikiran yang dangkal, hal itu memang betul. Namun apabila kita memikirkannya lebih dalam lagi, kegagalan tidak selamanya merupakan bencana. Bisa jadi, dengan kegagalan Tuhan mengingatkan kita bahwa kapasitas kita belum cukup untuk menerima kesuksesan. Barangkali Tuhan menunjukkan kepada kita bahwa masih banyak hal yang harus kita pelajari, yang mana kalau kita sukses padahal kemampuan kita masih dangkal, kita akan terjatuh lebih dalam lagi. Seperti yang pernah dikatakan oleh seorang ahli investasi dari Amerika bahwa ‘orang bodoh dengan uang banyak adalah suatu fenomena yang sangat menarik’. Apakah yang akan terjadi bila orang bodoh tiba-tiba mendapatkan uang banyak? Jelas, dia akan menghabiskannya tanpa perhitungan hanya untuk barang-barang konsumtif dan kembali mengalami kesulitan keuangan karena kemungkinan besar barang-barang konsumtif tersebut akan dia beli dengan cara kredit. Apakah dia pantas disebut orang kaya? Jelas tidak, orang yang betul-betul kaya tahu betul apa yang akan dia perbuat dengan uangnya dan akan mengembangkannya lebih banyak lagi. Poin utamanya adalah kesuksesan yang kita terima akan selalu sesuai dengan kapasitas diri kita. Jika kita menerima kesuksesan di luar kapasitas diri, malah kita akan jatuh lebih dalam dan gagal lebih parah. Maka dari itu, jangan terlalu mendramatisir kegagalan. Bisa jadi dengan kegagalan Tuhan menyelamatkan kita dari kegagalan yang lebih parah. Yang perlu kita fokuskan adalah bagaimana caranya agar kita bisa berkembang secara pribadi untuk layak menjadi orang yang betul-betul sukses sehingga kesuksesan kita bisa bertahan lama dan semakin berkembang.
Pada kebanyakan orang, makna kegagalan begitu buruk bahkan bisa menjadi momok penghancur harapan. Kita harus yakin, setiap situasi apapun pasti ada faktor keberuntungan. Termasuk ketika kita sedang mengalami kegagalan. Yang menjadi alasan mengapa orang tidak menikmati kegagalan adalah tertundanya waktu mereka untuk mencapai apa yang diinginkan/dicita-citakan. Sebagian orang mengisi kegagalan dengan keterpurukan, kesedihan atau yang lebih parah menyalahkan dirinya sendiri sebagai pemicu/penyebab adanya kegagalan tersebut. Tidaklah patut untuk ditiru. Tetapi, ada sebagian orang mengisi kegagalannya sebagai ajang introspeksi diri, mencoba lebih baik lagi untuk kedepannya dengan pengalaman kegagalan yang pernah dirasai. Dan yang paling hebat, mereka bisa menjadikan situasi ini sebagai penyemangat dalam melanjutkan perjalanan menuju cita-cita, bukan sebagai pemutus asa. Itulah pola orang sukses. Tidak ada orang sukses yang tidak mengalami kegagalan. Berarti kegagalan merupakan jendela kesuksesan. Disaat semua pintu tertutup, janganlah dulu untuk berdiam diri, menyerah dan terpuruk. Lihatlah, masih ada jendela yang bisa mengeluarkan kita dari sana. Kegagalan bukanlah penghenti cita-cita, pemutus asa dan penghancur mimpi. Jika kita bersikap terbuka, bisa jadi kita malah bersyukur karena mengalami kegagalan. Ingat, tidak ada orang sukses yang tidak mengalami kegagalan dan ingatlah pula jika Allah SWT selalu bersama kita.
Ketika Anda mulai untuk mengambil tindakan menuju tujuan dan impian Anda, Anda harus menyadari bahwa setiap tindakan tidak akan sempurna. Tidak setiap tindakan akan menghasilkan sesuatu yang Anda diinginkan.. Tidak setiap tindakan akan bekerja sesuai impian anda. Terkadang membuat kesalahan, mendapatkan hampir benar, dan percobaan untuk melihat apa yang terjadi adalah bagian dari proses untuk akhirnya mendapatkan sesuatu dengan benar, sesuai dengan impian.Ada pepatah mengatakan, kegagalan adalah awal dari kesuksesan.Tapi perlu kita ingat bahwa bukan berarti kesuksesan harus dimulai dari kegagalan. Bisa jadi kesuksesan dan impian yang anda raih adalah hasil dari perenungan, pemikiran yang dalam, hingga anda berbuat. Tips dalam meraih cita-cita dan impian :
Kenali kemampuan dan cita-cita anda. Ini adalah langkah paling awal dari pencapaian cita-cita.
Fokus pada tujuan. Fokus, penting untuk diterapkan. Jika seorang petani mengejar ayam 2 ekor sekaligus, maka tidak satu ekorpun yang ia dapat. Yang ia dapat hanya kelelahan. Fokus dan konsentrasi, langkah perlangkah untuk menuju cita-cita itu.
Terus asah bakatmu. Setelah konsentrasi, selanjutnya adalah mengasah apa yang telah dipelajari.
Berani mencoba sesuatu yang baru. Jangan takut untuk mencoba. dalam mencoba pasti ada jatuh nya. Tapi jangan dilihat seberapa banyak jatuhnya, melaikan seberapa banyak kamu dapat bangkit.
Tekunlah berlatih. Orang yang tidak pintar, tapi belajar, lebih baik daripada yang pintar tapi tidak belajar. Lebih baik lagi jika pintar dan belajar.
Belajarlah dari orang sukses. Tentu kalau kamu bercita-cita menjadi presiden, figur presiden seperti apa yang kamu inginkan. Tentukanlah sesuai dengan cita-citamu
Berdoalah dan tawakal selalu. Agar hidupmu tenang, berdoalah.
Mintalah doa dari orang-orang yang kita cintai dan disekeliling kita.
Sukses adalah keinginan tiap orang, ada satu hal penting dalam meraihnya, yaitu motivasi. Motivasi dapat membuahkan kedisiplinan, keuletan dan lain-lain. Motivasi adalah merupakan ruh dari jasad pribadi yang ingin sukses. motivasi merupakan suatu penggabungan keinginan dan energi dalam mencapai suatu tujuan. Dengan keinginan orang tau kemana akan melangkah, dengan energi orang akan dapat menggerakkan apa yang ada padanya untuk mencapai keinginan itu. Motivasi seperti udara bagi kehidupan. Sangat berperan penting bagi jiwa -jiwa yang ingin sukses. Prinsip motivasi itu sendiri :
motivasi merupakan proses psikologis dengan membangkitkan emosional.
motivasi berproses tanpa disadari.
motivasi bersifat individual sehingga cara memotivasi tiap orang bisa berbeda-beda atau juga dari waktu ke waktu mengalami perubahan. Namun inti dari motivasi itu bersumber dari diri sendiri (motivatornya maupun orang yang dimotivasi).
Motivasi adalah proses sosial, sehingga membutuhkan faktor eksternal
Sumber motivasi :
Motivasi Internal yaitu motivasi dari dalam diri, dari perasaan dan pikiran diri sendiri. Orang yang memiliki motivasi internal, akan memandang dirinya secara positif.
Motivasi eksternal yaitu motivasi dari luar. Contohnya dari bacaan yang memotivasi, lingkungan, dari kehidupan keseharian, dan lain-lain
Tips memotivasi secara internal :
Ciptakan Imbalan. Kalau saya melakukan A maka akan mendapatkan rumah mewah. Dengan begitu diri kita akan termotivasi untuk melakukan A.
Ambil selalu langkah kecil. Terkadang untuk mendapatkan sesuatu yang besar perlu langkah-langkah kecil.
Ciptakan Kesusahan. Ini adalah kebalikan dari yang pertama. misalnya kalau saya tidak melakukan B maka jabatan tidak naik. Tentu kita akan termotivasi untuk melakukan tindakan B.
Susun Rencana beserta langkah-langkahnya. Dengan memiliki rencana, anda seolah-olah punya alur dan plot menuju tujuan. Secara tidak langsung ini akan memotivasi dalam mencapai tujuan.
Buat penarik ke arah tujuan. Misalkan kita ingin naik haji, cetak MMT dengan ukuran besar gambar ka’bah. Ini hanya contoh saja.
Motivasi dipengaruhi oleh mendesaknya kebutuhan, motivasi juga dipengaruhi oleh adanya anggapan tindakan akan memenuhi suatu kebutuhan. Dalam memotivasi sangat dilarang untuk meremehkan, mengkritik di depan umum, perhatian yang setengah-setengah, malah memperhatikan diri sendiri, tidak memperdulikan hal-hal kecil. Motivasi juga bisa luntur karena adanya keraguan dalam pengambilan keputusan oleh pimpinan (jika dalam organisasi).
Nama : Nindiyah Puspitasari
Kelas : 3KA12
NPM : 11108424
Link :
http://gunadarma.ac.id
http://repository.gunadarma.ac.id
http://library.gunadarma.ac.id
http://community.gunadarma.ac.id
http://pasca.gunadarma.ac.id
Pada kebanyakan orang, makna kegagalan begitu buruk bahkan bisa menjadi momok penghancur harapan. Kita harus yakin, setiap situasi apapun pasti ada faktor keberuntungan. Termasuk ketika kita sedang mengalami kegagalan. Yang menjadi alasan mengapa orang tidak menikmati kegagalan adalah tertundanya waktu mereka untuk mencapai apa yang diinginkan/dicita-citakan. Sebagian orang mengisi kegagalan dengan keterpurukan, kesedihan atau yang lebih parah menyalahkan dirinya sendiri sebagai pemicu/penyebab adanya kegagalan tersebut. Tidaklah patut untuk ditiru. Tetapi, ada sebagian orang mengisi kegagalannya sebagai ajang introspeksi diri, mencoba lebih baik lagi untuk kedepannya dengan pengalaman kegagalan yang pernah dirasai. Dan yang paling hebat, mereka bisa menjadikan situasi ini sebagai penyemangat dalam melanjutkan perjalanan menuju cita-cita, bukan sebagai pemutus asa. Itulah pola orang sukses. Tidak ada orang sukses yang tidak mengalami kegagalan. Berarti kegagalan merupakan jendela kesuksesan. Disaat semua pintu tertutup, janganlah dulu untuk berdiam diri, menyerah dan terpuruk. Lihatlah, masih ada jendela yang bisa mengeluarkan kita dari sana. Kegagalan bukanlah penghenti cita-cita, pemutus asa dan penghancur mimpi. Jika kita bersikap terbuka, bisa jadi kita malah bersyukur karena mengalami kegagalan. Ingat, tidak ada orang sukses yang tidak mengalami kegagalan dan ingatlah pula jika Allah SWT selalu bersama kita.
Ketika Anda mulai untuk mengambil tindakan menuju tujuan dan impian Anda, Anda harus menyadari bahwa setiap tindakan tidak akan sempurna. Tidak setiap tindakan akan menghasilkan sesuatu yang Anda diinginkan.. Tidak setiap tindakan akan bekerja sesuai impian anda. Terkadang membuat kesalahan, mendapatkan hampir benar, dan percobaan untuk melihat apa yang terjadi adalah bagian dari proses untuk akhirnya mendapatkan sesuatu dengan benar, sesuai dengan impian.Ada pepatah mengatakan, kegagalan adalah awal dari kesuksesan.Tapi perlu kita ingat bahwa bukan berarti kesuksesan harus dimulai dari kegagalan. Bisa jadi kesuksesan dan impian yang anda raih adalah hasil dari perenungan, pemikiran yang dalam, hingga anda berbuat. Tips dalam meraih cita-cita dan impian :
Kenali kemampuan dan cita-cita anda. Ini adalah langkah paling awal dari pencapaian cita-cita.
Fokus pada tujuan. Fokus, penting untuk diterapkan. Jika seorang petani mengejar ayam 2 ekor sekaligus, maka tidak satu ekorpun yang ia dapat. Yang ia dapat hanya kelelahan. Fokus dan konsentrasi, langkah perlangkah untuk menuju cita-cita itu.
Terus asah bakatmu. Setelah konsentrasi, selanjutnya adalah mengasah apa yang telah dipelajari.
Berani mencoba sesuatu yang baru. Jangan takut untuk mencoba. dalam mencoba pasti ada jatuh nya. Tapi jangan dilihat seberapa banyak jatuhnya, melaikan seberapa banyak kamu dapat bangkit.
Tekunlah berlatih. Orang yang tidak pintar, tapi belajar, lebih baik daripada yang pintar tapi tidak belajar. Lebih baik lagi jika pintar dan belajar.
Belajarlah dari orang sukses. Tentu kalau kamu bercita-cita menjadi presiden, figur presiden seperti apa yang kamu inginkan. Tentukanlah sesuai dengan cita-citamu
Berdoalah dan tawakal selalu. Agar hidupmu tenang, berdoalah.
Mintalah doa dari orang-orang yang kita cintai dan disekeliling kita.
Sukses adalah keinginan tiap orang, ada satu hal penting dalam meraihnya, yaitu motivasi. Motivasi dapat membuahkan kedisiplinan, keuletan dan lain-lain. Motivasi adalah merupakan ruh dari jasad pribadi yang ingin sukses. motivasi merupakan suatu penggabungan keinginan dan energi dalam mencapai suatu tujuan. Dengan keinginan orang tau kemana akan melangkah, dengan energi orang akan dapat menggerakkan apa yang ada padanya untuk mencapai keinginan itu. Motivasi seperti udara bagi kehidupan. Sangat berperan penting bagi jiwa -jiwa yang ingin sukses. Prinsip motivasi itu sendiri :
motivasi merupakan proses psikologis dengan membangkitkan emosional.
motivasi berproses tanpa disadari.
motivasi bersifat individual sehingga cara memotivasi tiap orang bisa berbeda-beda atau juga dari waktu ke waktu mengalami perubahan. Namun inti dari motivasi itu bersumber dari diri sendiri (motivatornya maupun orang yang dimotivasi).
Motivasi adalah proses sosial, sehingga membutuhkan faktor eksternal
Sumber motivasi :
Motivasi Internal yaitu motivasi dari dalam diri, dari perasaan dan pikiran diri sendiri. Orang yang memiliki motivasi internal, akan memandang dirinya secara positif.
Motivasi eksternal yaitu motivasi dari luar. Contohnya dari bacaan yang memotivasi, lingkungan, dari kehidupan keseharian, dan lain-lain
Tips memotivasi secara internal :
Ciptakan Imbalan. Kalau saya melakukan A maka akan mendapatkan rumah mewah. Dengan begitu diri kita akan termotivasi untuk melakukan A.
Ambil selalu langkah kecil. Terkadang untuk mendapatkan sesuatu yang besar perlu langkah-langkah kecil.
Ciptakan Kesusahan. Ini adalah kebalikan dari yang pertama. misalnya kalau saya tidak melakukan B maka jabatan tidak naik. Tentu kita akan termotivasi untuk melakukan tindakan B.
Susun Rencana beserta langkah-langkahnya. Dengan memiliki rencana, anda seolah-olah punya alur dan plot menuju tujuan. Secara tidak langsung ini akan memotivasi dalam mencapai tujuan.
Buat penarik ke arah tujuan. Misalkan kita ingin naik haji, cetak MMT dengan ukuran besar gambar ka’bah. Ini hanya contoh saja.
Motivasi dipengaruhi oleh mendesaknya kebutuhan, motivasi juga dipengaruhi oleh adanya anggapan tindakan akan memenuhi suatu kebutuhan. Dalam memotivasi sangat dilarang untuk meremehkan, mengkritik di depan umum, perhatian yang setengah-setengah, malah memperhatikan diri sendiri, tidak memperdulikan hal-hal kecil. Motivasi juga bisa luntur karena adanya keraguan dalam pengambilan keputusan oleh pimpinan (jika dalam organisasi).
Nama : Nindiyah Puspitasari
Kelas : 3KA12
NPM : 11108424
Link :
http://gunadarma.ac.id
http://repository.gunadarma.ac.id
http://library.gunadarma.ac.id
http://community.gunadarma.ac.id
http://pasca.gunadarma.ac.id
Langganan:
Postingan (Atom)